Welcome to My Blog...

Selamat bergabung di halaman ini.
Anda bisa berbagi cerita, tentang hal-hal yang unik, lucu, seru, atau mungkin tentang kisah-kisah yang menyeramkan. | About seleb atau teknologi juga boleh, ambil sisi positifnya saja ya! ^_^ | Anda juga akan mendapatkan berbagai informasi seputar desain, musik, dan informasi lainnya.

But, sebelum kalian ikut-an share nie... | Nelz mau cerita dulu yaaa! | Siap untuk jadi sahabat cerita Nelz? | OK. Come On, Guys... Yuk, kita kemooonnn!!!

Rindu Dakwah

   
Pertama kali aku jumpa, tulisan itu terpaut di dalam sebuah dunia maya. Aku baca dengan seksama, sangat menyentuh hati. Aku tidak pernah terbayang bisa mendapati beberapa kalimat yang begitu syahdu. Terasa sejuk di hati dan damai di jiwa. Ternyata, tidak aku duga, jika kalimat-kalimat itu adalah sebuah dakwah dari saung sebelah. Dakwah yang datangnya dari seorang pemuda yang belum pernah aku kenal sebelumnya. Setiap hari aku perhatikan, dakwah-dakwah itu terus menghiasi dinding dunia mayanya. Seakan, aku tidak ingin tertinggal sejengkal pun isi dakwah itu setiap hari. Aku begitu antusias dan mencoba untuk memahami maksud dari dakwah tersebut. Lambat-laun, kandungan dakwahnya semakin indah dan sangat menyentuh. Aku sempat meneteskan air mata. Entah mengapa, namun yang aku rasakan hanyalah rasa haru yang begitu mendalam. Aku sempat berpikir sejenak, jarang ada pemuda yang seperti dia. Meski, aku tak mengenalnya, tetapi dengan sedikit siraman dakwah darinya aku seolah merasakan ketenangan.

      Di hari-hari berikutnya, aku tidak menduga jika dakwah tersebut membawa berkah. Aku diperkenankan oleh Allah untuk dapat mengenal dia. Tidak ada tanda-tanda sebelumnya. Namun, aku merasakan ada yang sedikit berbeda dari sikap dia terhadap diriku. Meski, itu hanya sebatas dunia maya, namun tutur katanya begitu sopan dan santun. Aku sempat terpukau. Tetapi, sekali lagi aku tidak boleh terlena oleh dunia maya yang belum tentu pasti. Aku tetap menjalani apa adanya. Tidak pernah memaksakan kehendak dan mengalir begitu saja, bagaikan aliran air sungai yang jernih. Aku dan dia saling berbalas pesan melalui dunia maya itu. Sengaja, aku tidak pernah memunculkan satu pun kalimat atau pun meninggalkan pesan di dindingnya. Karena, aku tidak ingin jika kalimat-kalimatku nanti akan menimbulkan kesalahpahaman. Apalagi, aku memang tidak terlalu suka untuk banyak berkomentar. Mungkin, sesekali saja aku meninggalkan sedikit pesan canda-tawa, dan membuat suasana hati menjadi riang, bahkan dengan senang hati jika kata-kataku bisa merubah sikap mereka dari yang kurang baik menjadi lebih baik lagi, karena canda-tawa itu atas ridho Allah S.W.T. Itulah sebabnya, aku peruntukkan hari-hariku hanya dengan menikmati beribu isi dakwah dari para Ulama di segala penjuru, tidak terkecuali dia, Si Pemuda yang masih terlihat asing bagiku.

       Ternyata, apa yang telah aku baca dan sedikit aku pahami bukanlah sia-sia belaka. Melalui dakwah itu, sekali lagi Allah memperkenankan aku untuk bertemu dengan dia secara nyata. Dia datang menghampiriku karena ridho Allah untuk memenuhi sebuah janjinya. Lebih terkejut lagi ketika aku mendapati dia begitu nyata dan benar-benar apa adanya. Segala dakwahnya bukanlah omong kosong belaka. Aku dapat membuktikannya dengan segala kesaksian dari Allah S.W.T. Dia benar-benar seorang pemuda yang taat. Meski, usianya terpaut satu tahun lebih tua dari aku, tetapi semangatnya untuk berdakwah tidak kalah dengan para ulama yang terdahulu. Setiap lirik dakwah yang ia torehkan begitu terlihat otentik. Keasliannya seolah tidak dapat didustakan. Ia bercerita kepadaku secara tatap muka, memperlihatkan kebijaksaannya dalam bercakap-cakap. Sedikit dakwah terlontar dari mulutnya yang kecil. Aku hanya terdiam, dan berusaha untuk memahami apa maksud dari yang telah ia sampaikan. Aku hanyalah orang awam yang masih ingin belajar lagi tentang agama Islam. Tidak banyak yang aku pahami. Mungkin, hanya dasar-dasarnya saja yang dapat aku mengerti.

   Hingga di kemudian hari, aku dipertemukan kembali dengannya untuk yang kedua kalinya. Dia menampakkan sedikit berbeda dari biasanya. Aku melihat dia lebih bersahaja. Dakwahnya juga tidak lepas dari percakapan kami berdua. Adakalanya, jika ada sesuatu yang tidak sepaham, kami berdua berusaha untuk mencari jalan keluarnya. Namun, tidak ada hujan tidak ada angin. Tiba-tiba saja, dia tertimpa musibah. Masalahnya silih berganti. Bertubi-tubi dan selalu datang. Aku mencoba untuk sedikit meredamkan, agar tidak terlalu larut dalam kegalauan. Tetapi, sepertinya dia memiliki jalan sendiri untuk mengatasi semua masalah itu dengan caranya sendiri. Dia diam, dan mulai tidak banyak bicara. Lagi-lagi dia mulai membeku. Aku berusaha untuk berbicara, agar dia sedikit membuka mulutnya, namun ternyata sia-sia. Mungkin, aku pikir dia butuh waktu untuk semua itu. Menetralkan kembali masalah-masalah yang ada. Tetapi, semakin hari aku perhatikan sikap dia semakin berubah.

       Dalam hitungan hari, dakwahnya mulai kosong. Aku tidak menemukan celotehan itu lagi di dinding dunia mayanya. Seakan, dia menyerah dengan keadaan. Aku tidak tahu apa masalahnya, hingga dia harus berhenti berdakwah. Padahal, aku sangat merindukan dakwah itu kembali muncul di dindingnya. Setiap hari aku mengunjungi dinding itu, namun tak jua aku temukan setitik embun kesejukan lagi, muncul di sela-sela riuhnya waktu. Hingga aku biarkan dia terbengkalai tak berkata, dengan tampilan sajak dakwah dan beberapa komentar yang masih tersisa. Aku bermaksud ingin dia agar segera pulih dari keterpurukannya. Aku memberikan peluang waktu untuknya merenung. Mendinginkan pikirannya kembali dan menjernihkan batinnya lagi. Hingga sempat dunia maya itu menjadi benar-benar bungkam tidak berinteraksi. Aku menunggunya sampai berbulan-bulan. Hingga akhirnya, aku menemui dia berinteraksi kembali. Namun, tetap saja dakwah itu tidak kunjung datang. Hanya tampilan masa lalu yang masih terlihat di sana.

      Aku yakin, semua orang pasti akan sangat merindukan dakwahmu kembali hadir di dinding. Tidak hanya aku saja. Karena, dakwahmu bukanlah sekedar dakwah yang hanya menghiasi ruang dinding di dunia maya. Namun, dakwahmu seakan menghiasi hati dan jiwa setiap insan yang terluka. Kembalilah ke dakwahmu. Jangan pernah kau tinggalkan apa yang kau butuhkan, selama kebutuhan itu adalah kebutuhan orang lain juga. Dakwahmu sangat dibutuhkan untuk mereka yang membutuhkannya. Allah telah memberikan setitik pencerahan kepada mereka yang membutuhkan melalui dakwahmu. Niscaya, Allah akan melipatgandakan pahalamu, jika engkau memberikan beribu kebaikan kepada mereka (hamba-hamba Allah) yang lain.
Allah Hafiz. :)

"I Love You, Mom. 19 Menit, Aku Bisa Melihat Dunia."

Carrie Curtis tak pernah menyesali keputusannya untuk memelihara janinnya selama ini. Ia sudah disarankan oleh para petugas medis untuk menggugurkan bayinya, dikarenakan sang bayi mengalami Potter Syndrome yang menyebabkan masalah pada pembentukan ginjalnya.

Hampir setiap minggu saat ia mengandung, ia diminta untuk segera menggugurkan bayinya. Namun, ia menolak karena masih melihat degupan jantung yang kuat dari calon bayinya. "Aku ingin memberinya kesempatan untuk hidup sebisa mungkin." ujar Curtis yang masih berusia 20 tahun ini.

"Aku tahu kesempatannya untuk bertahan mungkin hampir nihil, namun selama dia masih memiliki degupan jantung, aku tak kan mengubah keputusanku (untuk tidak aborsi) - tak peduli berapa kali dokter memintaku melakukannya." ujarnya lagi.

Semangat sebagai seorang ibu yang dimiliki oleh Carrie membawanya pada hari hingga akhirnya dipertemukan bersama sang anak. Carrie Curtis akhirnya melahirkan putranya yang bernama Charlie secara normal. Segera setelah saat itu, Charlie dibawa ke inkubator. Namun, karena ia dilahirkan tanpa paru-paru, tak banyak yang bisa dilakukan. 19 menit merasakan dunia, Charlie pun akhirnya meninggal dunia.

"Mereka membalutnya dengan kain handuk dan membiarkanku memeluknya. Charlie membuka matanya dan melihat ke arahku yang akan menjadi kenangan tak terlupakan bagiku." kata Carrie.

Sebagai seorang ibu, Carrie tak pernah mendengar Charlie menangis. Namun, selama 3 hari, ia menikmati berada di sisi bayinya. "Aku diperbolehkan memeluknya dan bersamanya selama yang aku inginkan. Awalnya begitu berat, karena aku berharap matanya akan terbuka. Namun, semakin lama aku di sisinya, terasa sangat nyaman bagiku."

Potter Syndrome adalah sebuah penyakit yang menyerang 30.000 bayi yang ada di dunia. Penyakit ini mempengaruhi pembentukan ginjal yang penting untuk produksi cairan amniotic dalam janin. Kondisi ini bisa menyebabkan banyak hal seperti mengganggu pertumbuhan dan pergerakan bayi, mengganggu pertumbuhan paru-paru bayi dan janin.

Dalam beberapa kasus, bayi-bayi sempat dilahirkan, namun dengan resiko kematian yang sangat tinggi. Bisa jadi karena gagal nafas setelah satu sampai dua hari dilahirkan.

Kehilangan bayi pertama bagi seorang ibu tentu menjadi hal yang sangat menyakitkan. Namun, kini Carrie mencoba melakukan hal yang positif untuk mengenang Charlie, mendiang putranya. Carrie membuat sebuah program amal bernama Charlie's Angel untuk mereka yang mengalami hal serupa dengan yang terjadi pada Charlie. Semoga dengan melakukan hal ini, Carrie bisa menjadikan pengalamannya sebagai inspirasi bagi banyak ibu muda di dunia.

Sebuah kisah nyata yang dilansir dari Vemale.com

Manusia berencana, Allah punya kuasa.
"Selamat Jalan Charlie, Semoga Kau Bahagia Di Sisi Tuhan Yang Maha Esa." Amien.

Where's Him?

       
       Sebuah kisah nyata dari seorang wanita yang bertemu dengan seorang pria berkaca mata. Awal mula pertemuan terjadi pada tanggal 05 Mei 2013 di sebuah rumah milik teman Si Wanita. Siang sekitar pukul memasuki waktu Dzhuhur, dia datang bermaksud menemui seorang wanita yang ia janjikan. Dengan menggendong tas ransel di punggungnya, dia rela menempuh jarak yang cukup jauh hanya demi ingin bertemu dengan seseorang yang ia sebut "Istimewa" itu. Sejenak, mereka bercakap-cakap, hingga menjelang sore. Tidak terasa, percakapan mereka membuat waktu menjadi begitu singkat. Hingga, mereka berdua memutuskan untuk pulang. Tetapi, Si Pria tidak lantas kembali ke rumahnya. Melainkan, masih ingin menghabiskan sisa waktunya hari itu dengan Si Wanita. Alhasil, dia melanjutkan perjalanan menuju ke rumah Si Wanita, meski telah berencana untuk mengunjungi ke sebuah pantai sebelumnya.
        Tak heran, mereka berdua melanjutkan perbincangan hingga menjelang Maghrib, ditemani pula dengan sepiring "Nagasingkong" dan semangkuk mie instan. Bisa dibayangkan, betapa kenyangnnya dia? Karena, sebelumnya dia juga sudah mendapatkan berkah semangkuk bakso dari kediaman teman Si Wanita tadi, dan sekarang dia kembali mendapatkan rejeki. Mungkin, dia sudah merasakan begitu penuh isi di dalam perutnya. Si Wanita pun tidak tega melihatnya. Namun, apalah daya jika dia masih sanggup untuk melakukannya, Si Wanita tidak dapat menghalanginya. Hingga waktu sudah mulai merasa bosan, kini tibalah saatnya dia harus pulang ke negeri seberang, ke Kota Malang. Dia berpamitan kepada kedua orang tua Si Wanita dengan sopan dan ramah. Begitu terlihat santun, bersahaja dan berwibawa. Sedikit menunjukkan bahwa dia adalah sosok pria yang benar-benar bertanggung jawab. Seiring berjalannya waktu, akhirnya dia pun berlalu.
        Sepanjang perpisahan, mereka berdua saling mengirimkan beberapa pesan singkat. Maklum saja, resiko hubungan jarak jauh yang membuat mereka harus selalu berkomunikasi. Terkadang, di antara mereka ada yang saling menelepon satu sama lain. Hari-harinya dipenuhi dengan canda-tawa, susah-senang bersama, hingga problematika tentang kehidupan mereka masing-masing. Betapa bahagianya. Indahnya cinta jika mereka berdua dapat saling mengerti dan memahami. Hingga seolah-olah mereka tak mengenal waktu. Hari-hari kian berlalu bagaikan satu windu. Begitu terasa lama. Mereka saling melepas kerinduan, meski hanya dalam sebuah sinyal handphone. Tetapi, hal itu tak menyurutkan niat Si Pria untuk terus dapat bertemu dengan teman istimewanya lagi.
       31 hari di bulan Mei telah berlalu. Bulan pun mulai berganti dengan yang baru. Sambutan di bulan keenam awal Juni 2013, tepatnya pada tanggal 08 pagi, dia menemui teman wanitanya kembali di kediamannya. Kali ini, dia terlihat sedikit berbeda. Seolah, dia lebih menunjukkan keseriusannya terhadap Si Wanita itu dengan membawa segala apa yang telah ia persiapkan dan ia niatkan sebelum keberangkatan. Si Wanita hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saja. Dia tidak tega jika harus melihat Si Pria bersusah payah, berkorban hanya demi dia sampai seperti itu. Padahal, jauh-jauh hari Si Wanita sudah berusaha untuk mencegah dia supaya tidak terlalu merepotkan. Tetapi, itulah kemauan dia. Sekali dia berkehendak, tidak akan ada yang dapat menghalanginya. Salut untuk dia yang selalu tangguh menghadapi segala godaan. Karena itu, Si Wanita mencoba menghargai atas apa yang telah dia lakukan untuknya. Dengan penuh kasih sayang dan ketulusan, mereka berdua menghabiskan waktu bersama-sama menikmati sepiring brownies dan melancong ke sebuah istana pantai yang pernah dijanjikannya dulu. Sempat mengabadikan moment-moment indah di sana. Berkeliling ke sana-ke mari. Mencari tempat teduh, dan beberapa menit kemudian mereka memutuskan untuk segera pulang ke rumah, karena sinar matahari sudah mulai menutup.
          Malam pun mulai menyambut. Si Wanita tidak ingin dia meninggalkan tempatnya terlebih dahulu, sebelum dia menikmati masakan dari Sang Ibunda tercinta. Alhasil, mereka berdua pun menikmati beberapa hidangan di atas meja makan ala kadarnya. Sambil sedikit berbincang ringan seputar kehidupan sehari-hari dia di rumahnya dan Si Bemby kecil pus mungil milik Si Wanita. Setelah beberapa jam, bosan dengan segala kegiatan, dia pun berpamitan untuk pulang ke Malang. Sesampainya di sana, dia sedikit bercerita tentang kucing kesayangannya yang tiba-tiba saja meninggalkan dunia, sebut saja Si Minchi. Tidak diduga, sepulang dari rumah Si Wanita, dia malah berkabung. Spontan saja Si Wanita terkejut, ia turut berduka dan berusaha memberikan support kepada teman dekatnya itu. Bermaksud, agar dia tidak terlalu sedih dan galau.
        Beberapa hari kemudian, dia memberikan kabar kepada Si Wanita bahwa dirinya sedang jatuh sakit. Seketika itu pula, Si Wanita semakin khawatir. Namun, apa yang didapatkan malah tidak membuat hatinya merasa puas. Dia semakin jauh dan menghilang. Semenjak kejadian itu, Si Pria tidak lagi menghubunginya. Hingga satu minggu kemudian, barulah Si Wanita mendapatkan kabar, jika Si Pria lagi-lagi mendapatkan sebuah masalah. Menurut penuturannya, barang-barang milik dia dicuri oleh orang lain. Termasuk beberapa handphone-nya. Ironis memang, jika mendengar kisahnya. Tetapi, Si Wanita tidak kunjung menyerah begitu saja. Dia tetap berusaha untuk memulihkan dia dari kegalauan dan masalah. Namun, dia tetap saja membungkam. Diam hingga berhari-hari, bahkan sampai satu bulan. Hingga, di bulan ke depannya tepat pada tanggal 04 Agustus 2013, Si Wanita berniat untuk berkunjung ke kediamannya di daerah Jaksa Agung Suprapto, Malang. Tujuan kedatangannya ke sana hanya sekedar ingin menyampaikan pesan rindu sekaligus buah tangan dari Sang Ibunda tercinta Si Wanita. Namun ternyata, hasilnya nihil. Tidak satu kali pun dia bertemu dengan seseorang yang dia cari di sana.
          Kepasrahan Si Wanita kian melemah, dan dua hari berikutnya tepat di tanggal 06 Agustus 2013, barulah dia mengabarkan sebuah berita yang benar-benar membuat hati Si Wanita terpukul dan bertanya-tanya tentang sebuah pesan singkat yang dikirimkan oleh pria tersebut. Sebuah pesan singkat yang begitu mendadak dengan kata-katanya yang seolah dia sudah tidak ingin lagi berada di kehidupan Si Wanita. Bahkan, sampai detik ini pun keberadaannya masih belum juga diketahui, dan apa pula penyebabnya.

"Semoga Allah senantiasa menjagamu dalam suka maupun duka. Mungkin, bersama dengan mereka yang lain di sekitarmu akan lebih dapat memberikanmu kebahagiaan dan kenyamanan. Maafkan dari hati yang paling dalam.", ungkapan pesan dari Si Wanita untuk Si Dia.

The Memories of "Brownies Cinta"

        Pertemuan yang telah membuat kita menjadi damai. Menenteramkan hati dan jiwa kita yang gundah. Melukis ribuan ilusi melayang di atas awan. Bergulung dengan ombak di lautan lepas. Dingin, sejuk, dan bersahaja. Itu yang kita rasakan saat itu. Tidak ada lawan yang bisa menghancurkan kebahagiaan sejati. Murni, tulus dari dasar hati yang paling dalam. Perasaan memang tidak dapat dipungkiri. Berusaha untuk bersembunyi, percuma saja. Seolah, cinta kita tak dapat berpindah. Hangat terasa, ketika aku dan kamu bagaikan bunga tidur yang menjadi nyata. Semua nampak ceria di hari itu, seiring senyuman manismu yang kau torehkan ke dalam sepotong kue beraroma cokelat dan pisang. Kau suguhkan bersama dengan sepasang sumpit asmara. Membangkitkan gelora cinta di dalam kalbu, semangat pun menjadi menggebu. Ingin rasanya berteriak, "Inilah aku dan cinta sejatiku!". Berteriak sekuat tenaga, bahwa kau adalah seorang pria yang bijaksana, bertanggung jawab dan apa adanya.
         Mataku berkaca-kaca, mengharu-biru, memperhatikan engkau mengajariku akan arti sebuah cinta. Dengan penuh kasih sayang, kau coba mendekap kedua tanganku dengan kedua tanganmu untuk membentuk sesuatu yang membanggakan. Mengajariku di setiap detik dengan ketulusan. Hingga aku yakinkan, bahwa kita memang ditakdirkan untuk selalu bersatu. Bersama kita menjalani semua rintangan, hingga kita mendapatkan yang terbaik demi masa depan. Aku sadar melalui hal sekecil itu pun, cinta kita akan semakin kuat. Seiring terdengar bisikan lirih sebuah ucapan antara kita berdua untuk saling berikrar. Kue teristimewa itulah yang telah menjadi saksi bisu cinta kita berdua. Mendengarkan apa yang kita bicarakan, merasakan apa yang telah kita rasakan. Sebuah lukisan tulusnya cinta dan murninya perasaan yang bermuara dari dalam hati.
          Namun, apalah daya jika cinta tak harus memiliki. Perlahan-lahan, lukisan senyumanmu memudar di atas kue itu. Padahal, aku sempat terpukau melihat garis bibirmu yang mempesona. Berharap dia tidak akan pernah sirna dari kehidupanmu hingga di akhir zaman. Tetapi, simbol tetaplah akan menjadi sebuah peristiwa yang mungkin tidak dapat terulang kembali, atau mungkin juga sebaliknya. Semua adalah kehendak Allah S.W.T. Hingga aku mencoba berusaha untuk membuatnya tersenyum kembali, melalui sebuah goresan kecil dari sesuatu yang telah pernah kita abadikan di atas kue kita. "Brownies Cinta". :)

Di sini aku berdiri bersama dengan kenangan kita. Just God Bless You. May be, Allah sedang merancang sesuatu yang indah untukmu. Allah Hafiz. :)
Neli Puspitasari. Diberdayakan oleh Blogger.