Mataku berkaca-kaca, mengharu-biru, memperhatikan engkau mengajariku akan arti sebuah cinta. Dengan penuh kasih sayang, kau coba mendekap kedua tanganku dengan kedua tanganmu untuk membentuk sesuatu yang membanggakan. Mengajariku di setiap detik dengan ketulusan. Hingga aku yakinkan, bahwa kita memang ditakdirkan untuk selalu bersatu. Bersama kita menjalani semua rintangan, hingga kita mendapatkan yang terbaik demi masa depan. Aku sadar melalui hal sekecil itu pun, cinta kita akan semakin kuat. Seiring terdengar bisikan lirih sebuah ucapan antara kita berdua untuk saling berikrar. Kue teristimewa itulah yang telah menjadi saksi bisu cinta kita berdua. Mendengarkan apa yang kita bicarakan, merasakan apa yang telah kita rasakan. Sebuah lukisan tulusnya cinta dan murninya perasaan yang bermuara dari dalam hati.
Namun, apalah daya jika cinta tak harus memiliki. Perlahan-lahan, lukisan senyumanmu memudar di atas kue itu. Padahal, aku sempat terpukau melihat garis bibirmu yang mempesona. Berharap dia tidak akan pernah sirna dari kehidupanmu hingga di akhir zaman. Tetapi, simbol tetaplah akan menjadi sebuah peristiwa yang mungkin tidak dapat terulang kembali, atau mungkin juga sebaliknya. Semua adalah kehendak Allah S.W.T. Hingga aku mencoba berusaha untuk membuatnya tersenyum kembali, melalui sebuah goresan kecil dari sesuatu yang telah pernah kita abadikan di atas kue kita. "Brownies Cinta". :)
Di sini aku berdiri bersama dengan kenangan kita. Just God Bless You. May be, Allah sedang merancang sesuatu yang indah untukmu. Allah Hafiz. :)
0 komentar:
Posting Komentar